06 Januari 2009

Mencari Cinta Sejati

Cinta Merupakan anugerah Illahi yang sangat indah. Ia tidak bisa dibeli dengan uang, tidak bisa ditukar dengan emas ataupun diganti dengan kedudukan. Ia bisa membuat orang mabuk kepayang, membuat pikiran tak waras, ataupun membuat lupa dimana dia berpijak. Tak heran orang mendambakan cinta sejati. Cinta yang dapat memberikan kekuatan dikala manusia lemah tak berdaya. Cinta yang membuat manusia selalu bersemangat menjalani hari-harinya. Cinta yang membuat manusia tidak pernah putus asa dan selalu optimis menghadapi kenyataan. Pertanyaannya, adakah cinta sejati itu?
Sebagian orang memandang cinta sepasang kekasih yang setelah bertahun-tahun pacaran dan akhirnya menikah sebagai cinta sejati. Bahkan ada yang menganggap cinta sejati seperti orang yang selalu memberikan sesuatu kepada orang yang dicintainya walaupun ia tidak bisa memilikinya. Dengan kata lain cinta yang bertepuk sebelah tangan. Beragam orang menafsirkannya dan bermacam-macam pula orang mengekspresikannya.
Sesuatu yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana jadinya manakala orang yang kita cintai itu pergi dari hadapan kita atau kandas di tengah jalan? Mengingat tidak sedikit kita mendengar tindakan menghabisi nyawa sendiri karena ditinggalkan sang kekasih, atau menghabisi nyawa orang lain karena rasa cemburu yang berlebihan, bahkan pikirannya menjadi tidak waras karena ditinggal mati istri ataupun suami karena membayangkan beban hidup yang begitu berat setelahnya. Atau sebaliknya, bagaimana apabila sesuatu itu menimpa diri kita sendiri. Ketika kita mengerahkan segenap daya upaya untuk membahagiakan orang yang kita cintai ataupun untuk meraih sesuatu yang kita cintai dan kita telah mengagendakan dengan rapi apa saja yang harus dilakukan esok hari. Tiba-tiba Tuhan berkehendak lain dan otomatis mengubur semua ambisi kita dengan segenap cinta di dalamnya. Akankah kita tetap semangat menjalani sisa usia kita setelah sekian lama menghabiskan waktu bersamanya setiap hari, setiap menit, bahkan setiap detik? Akankah kita tetap optimis memandang hidup setelah segala sesuatu kita korbankan hanya untuk seseorang atau sesuatu yang kita cintai pupus dimakan waktu?
Walaupun hal ini lebih pantas disampaikan seorang ustadz yang berilmu ketimbang saya yang masih awam, namun tak dapat kita pungkiri bahwa segala sesuatu di dunia ini merupakan titipan dari Sang Pencipta dan ketika Dia memintanya kembali, maka kita tidak kuasa menolaknya. Kecintaan kita terhadap keluarga, anak, jabatan, atau apapun di dunia ini hanyalah ekspresi naluriah manusia yang akan lenyap manakala semua itu diambil pemiliknya. Padahal kita sedang mencari cinta sejati. Cinta yang selalu memberikan energi positif bagi penyandangnya. Cinta yang tidak pernah mati dimakan usia dan tidak habis ditelan waktu. Dimanakah cinta sejati itu?
(anda punya jawaban?)

5 komentar:

  1. jangan menyerah untuk mencari cinta sejati

    BalasHapus
  2. cinta cinta ah...
    pusing deeehhhh..........

    BalasHapus
  3. ehmmm,,, cinta sejatiiiiiii,,,,,,
    smoga pilihan q nanti adlah cinta sejati q,,
    aminnnnnn

    BalasHapus
  4. Kalo aku sie lom nemu tuh yang namanya cinta sejati....!

    No woman No cry buka berarti gua nie gay, mingkin suatu hari kan da ce yang mau berbagi senang dan susah dengan aku nie

    thx infonya ya bro

    BalasHapus
  5. mantap bos artikelnya, numpang baca baca ya

    BalasHapus