04 September 2010

Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi (19)

BAB 19
PENYEBAB UTAMA KEKAFIRAN ADALAH BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MENGAGUNGKAN ORANG-ORANG SHOLEH
Firman Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala :

]يا أهل الكتاب لا تغلوا في دينكم ولا تقولوا على الله إلا الحق[

“Wahai orang-orang ahli kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian, dan janganlah kalian mengatakan terhadap Alloh kecuali yang benar.” (QS. An nisa’, 171).

Dalam shoheh Bukhori ada satu riwayat dari Ibnu Abbas RadhiAllohu’anhu yang menjelaskan tentang firman Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala :
]وقالوا لا تذرن آلهتكم ولا تذرن ودا ولا سواعا ولا يغوث ويعوق ونسرا[

“Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata : janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhan-tuhan kamu, dan janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq maupun Nasr” (QS. Nuh, 23)

Beliau (Ibnu Abbas) mengatakan : “Ini adalah nama orang-orang sholeh dari kaum Nabi Nuh, ketika mereka meniggal dunia, syetan membisikan kepada kaum mereka agar membikin patung-patung mereka yang telah meninggal di tempat-tempat dimana disitu pernah diadakan pertemuan-pertemuan mereka, dan mereka disuruh memberikan nama-nama patung tersebut dengan nama-nama mereka, kemudian orang-orang tersebut menerima bisikan syetan, dan saat itu patung-patung yang mereka buat belum dijadikan sesembahan, baru setelah para pembuat patung itu meninggal, dan ilmu agama dilupakan, mulai saat itulah patung-patung tersebut mulai disembah”.

Ibnul Qoyyim berkata ([1]): “banyak para ulama terdahulu mengatakan : “setelah mereka itu meninggal, banyak orang-orang yang berbondong-bondong mendatangi kuburan mereka, lalu mereka membikin patung-patung mereka, kemudian setelah waktu berjalan beberapa lama ahirnya patung-patung tersebut dijadikan sesembahan”.

Diriwayatkan dari Umar RadhiAllohu’anhu bahwa Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam bersabda :

“لا تطروني كما أطرت النصارى عيسى بن مريم، إنما أنا عبد، فقولوا عبد الله ورسوله”

“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah : Abdullah (hamba Alloh) dan Rasululloh (Utusan Alloh)” (HR. Bukhori dan Muslim).

Dan Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam bersabda :

“إياكم والغلو، فإنما أهلك من كان قبلكم الغلو”

“Jauhilah oleh kalian sikap berlebih-lebihan, karena sesungguhnya sikap berlebihan itulah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu majah dari Ibnu Abbas RadhiAllohu’anhu).

Dan dalam shoheh Muslim, Ibnu Mas’ud RadhiAllohu’anhu berkata : bahwa Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam bersabda :

“هلك المتنطعون ” قالها ثلاثا.

“Binasalah orang-orang yang bersikap berlebih-lebihan” (diulanginya ucapan itu tiga kali).

Kandungan dalam bab ini :

1.Orang yang memahami bab ini dan kedua bab setelahnya, akan jelas baginya keterasingan Islam, dan ia akan melihat betapa kuasanya Alloh itu untuk merubah hati manusia.
2.Mengetahui bahwa awal munculnya kemusyrikan di muka bumi ini adalah karena sikap berlebih-lebihan terhadap orang-orang sholeh.
3.Mengetahui apa yang pertama kali diperbuat oleh orang-orang sehingga ajaran para Nabi menjadi berubah, dan apa faktor penyebabnya ?, padahal mereka mengetahui bahwa para Nabi itu adalah utusan Alloh.
4.Mengetahui sebab-sebab diterimanya bid’ah, padahal syari’ah dan fitrah manusia menolaknya.
5.Faktor yang menyebabkan terjadinya hal diatas adalah tercampur aduknya kebenaran dengan kebatilan ;

Adapun yang pertama ialah : rasa cinta kepada orang-orang sholeh.

Sedang yang kedua ialah : tindakan yang dilakukan oleh orang orang ‘alim yang ahli dalam masalah agama, dengan maksud untuk suatu kebaikan, tetapi orang-orang yang hidup sesudah mereka menduga bahwa apa yang mereka maksudkan bukanlah hal itu.

1.Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam surat Nuh ([2]).
2.Mengetahui watak manusia bahwa kebenaran yang ada pada dirinya bisa berkurang, dan kebatilan malah bisa bertambah.
3.Bab ini mengandung suatu bukti tentang kebenaran pernyataan ulama terdahulu bahwa bid’ah adalah penyebab kekafiran.
4.Syetan mengetahui tentang dampak yang diakibatkan oleh bid’ah, walaupun maksud pelakunya baik.
5.Mengetahui kaidah umum, yaitu bahwa sikap berlebih-lebihan dalam agama itu dilarang, dan mengetahui pula dampak negatifnya.
6.Bahaya dari perbuatan sering mendatangi kuburan dengan niat untuk suatu amal shalih.
7.Larangan adanya patung-patung, dan hikmah dibalik perintah menghancurkannya (yaitu : untuk menjaga kemurnian tauhid dan mengikis kemusyrikan).
8.Besarnya kedudukan kisah kaum Nabi Nuh ini, dan manusia sangat memerlukan akan hal ini, walaupun banyak diantara mereka yang telah melupakannya.
9.Satu hal yang sangat mengherankan, bahwa mereka (para ahli bid’ah) telah membaca dan memahami kisah ini, baik lewat kitab-kitab tafsir maupun hadits, tapi Alloh menutup hati mereka, sehingga mereka mempunyai keyakinan bahwa apa yang dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh adalah amal ibadah yang paling utama, dan merekapun beranggapan bahwa apa yang dilarang oleh Alloh dan Rasulnya adalah kekafiran yang menghalalkan darah dan harta.
10.Dinyatakan bahwa mereka berlebih-lebihan terhadap orang-orang sholeh itu tiada lain karena mengharapkan syafaat mereka.
11.Mereka menduga bahwa orang-orang berilmu yang membikin patung itu bermaksud demikian.
12.Pernyataan yang sangat penting yang termuat dalam sabda Nabi : “Janganlah kalian memujiku dengan berlebih-lebihan, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam”. Semoga sholawat dan salam senantiasa dilimpahkan Alloh kepada beliau yang telah menyampaikan risalah dengan sebenar benarnya.
13.Ketulusan hati beliau kepada kita dengan memberikan nasehat bahwa orang-orang yang berlebih-lebihan itu akan binasa.
14.Pernyataan bahwa patung-patung itu tidak disembah kecuali setelah ilmu [agama] dilupakan, dengan demikian dapat diketahui nilai keberadaan ilmu ini dan bahayanya jika hilang.
15.Penyebab hilangnya ilmu agama adalah meninggalnya para ulama.

([1]) Abu Abdillah : Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa’d Az Zur’I Ad Dimasqi, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. Seorang ulama besar dan tokoh gerakan da’wah Islamiyah; murid syekhul Islam Ibnu Taimiyah. Mempunyai banyak karya ilmiyah. Dilahirkan tahun 691 H (1292 M) dan meninggal tahun 751 H (1350 M).

([2]) Ayat ini menunjukkan bahwa sikap yang berlebih-lebihan dan melampaui batas terhadap orang-orang sholeh adalah yang menyebabkan terjadinya syirik dan tuntunan agama para Nabi ditinggalkan.

sumber KAJIAN TAUHID
Terima kasih kepada Uda Abu Azzam yang telah memberi arahan , suport dan penjelasannya.
Baca Selengkapnya....

Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi (18)

BAB 18
NABI Shallallahu ‘alaihi wa sallam TIDAK DAPAT MEMBERI HIDAYAH KECUALI DENGAN KEHENDAK ALLAH ([1])

Firman Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala :

]إنك لا تهدى من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء وهو أعلم بالمهتدين[

“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu cintai, tetapi Alloh lah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendakiNya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al qoshosh, 56)

Diriwayatkan dalam shoheh Bukhori, dari Ibnul Musayyab, bahwa bapaknya berkata : “Ketika Abu Tholib akan meninggal dunia, maka datanglah Rasululloh, dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada disisinya, lalu Rasululloh bersabda kepadanya :

"يا عم، قل لا إله إلا الله كلمة أحاج لك بها عند الله"

“Wahai pamanku, ucapkanlah “la ilaha illAlloh” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Alloh”.

Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Tholib : “Apakah kamu membenci agama Abdul Muthollib ?”, kemudian Rasululloh mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi kata-katanya pula, maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Tholib adalah : bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Mutholib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat la ilah illAlloh, kemudian Rasululloh bersabda : “sungguh akan aku mintakan ampun untukmu pada Alloh, selama aku tidak dilarang”, lalu Alloh menurunkan firmanNya :

]ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين[

“Tidak layak bagi seorang Nabi serta orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik” (QS. Al bara’ah, 113).

Dan berkaitan dengan Abu Tholib, Alloh menurunkan firmanNya :

]إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء[

“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tak sanggup memberikan hidayah) petunjuk) kepada orang-orang yang kamu cintai, akan tetapi Alloh lah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya” (QS. Al Qoshosh, 57)

Kandungan bab ini :

1.Penjelasan tentang ayat 57 surat Al Qoshosh (